Siapa yang tidak mengetahui aplikasi X? Aplikasi yang dulu dikenal sebagai Twitter. Selain perubahan nama, X juga mengubah logo dan warna tampilan aplikasinya. Kemudian, baru-baru ini X kembali menjadi sorotan karena kebijakan barunya. Perubahan kebijakan privatisasi fitur likes di platform X yang menimbulkan beragam tanggapan dari para penggunanya.
Sebagian mendukung keputusan ini karena merasa lebih terlindungi dan bebas dalam berinteraksi tanpa tekanan sosial. Namun, ada juga yang menentang perubahan tersebut, merasa kehilangan kemudahan dalam melihat aktivitas dan kepribadian pengguna lain. Kontroversi ini mencerminkan dilema antara privasi individu dan aksesibilitas informasi dalam penggunaan media sosial.
Fauzia Noreen Deden, Jessica Marta Sitorus, dan Shaqila Ramadhania, mahasiswi Ilmu Komunikasi yang aktif menggunakan X berpendapat bahwa dengan menghilangkan fitur likes di aplikasi X dapat meningkatkan privatisasi para penggunanya. Sebelum adanya privatisasi fitur ini, Jessica merasa harus melihat dahulu konten apa yang dapat di-like olehnya sebab X merupakan tempatnya berkeluh kesah. Jadi ketika fitur ini diprivasi, sangat membebaskannya dalam menggunakan X, tanpa harus memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang aktivitasnya.
Shaqila juga menambahkan bahwa kebijakan ini membuatnya merasa lebih aman dan nyaman dalam menggunakan platform tersebut dan bisa membantu mengurangi tekanan sosial serta memungkinkan interaksi yang lebih autentik.
Bahkan ketiganya juga mengharapkan X mempertahankan kebijakan ini. Walaupun demikian, pengaruh dari perubahan peraturan ini sangat dirasakan oleh Fauzia. Karena fitur likes yang tidak diprivasi berguna saat ia ingin mengirim menfess -mengungkapkan suatu hal tanpa diketahui identitas pengirimnya- di base. Sebab apabila ingin mengirim menfess tetapi akun X belum diikuti oleh base, perlu mengetahui akun X yang sudah diikuti balik oleh base tersebut untuk dititipkan menfess. List akun X yang sudah diikuti balik oleh base tersebut, biasanya akan diperlihatkan di likes.
“Saya pribadi setuju karena dengan diprivatenya likes, orang lain tidak bisa melihat apa saja postingan yang sudah saya like. Jadi, X boleh menerapkan fitur ini secara permanen karena dapat menjaga privasi saya. Meskipun begitu, adanya perubahan fitur ini memengaruhi saya dalam menggunakan X karena dulu jika kita ingin nitip menfess ke base besar, kita bisa lihat like di akun base tersebut untuk mengetahui akun yang bisa kita titipkan menfess,” ucapnya (15/062024).
Privatisasi fitur likes ini tidak hanya mendapat tanggapan pro saja dari para penggunanya, tetapi ada juga yang beranggapan kontra, salah satunya ialah Elsha Widya Nova, mahasiswi Ilmu Komunikasi yang beranggapan bahwa privatisasi fitur likes ini tidak membuatnya merasa terlindungi karena unggahan yang disukainya juga bukan hal-hal yang perlu disembunyikan atau dilindungi. Dengan adanya kebijakan ini pula ia jadi tidak dapat melihat unggahan yang sudah disukai oleh mutualnya dan base X yang informasi pentingnya selalu disimpan di fitur likes. Elsha juga berharap agar fitur likes ini dapat dikembalikan dan menambah fitur lain seperti fitur edit pesan dan unsend di Direct Message.
“Sebelum adanya privatisasi ini, selama aku pake X aku merasa biasa saja karena postingan yang aku likes juga enggak aneh-aneh. Bukannya merasa terlindungi, rasanya malah aneh, kayak, jadi ada yang kurang dari X. Selain itu, aku kurang setuju dengan diprivasinya fitur likes, soalnya di base twitter itu hal-hal yang penting ditaruh di likesnya. Kalau diprivasi, jadi enggak bisa cek deh. Selain itu juga jadi enggak bisa lihat unggahan yang sudah dilikes sama mutual/teman-teman X. Aku berharap fitur likes bisa dikembalikan seperti semula dan semoga aja X bisa bikin fitur edit pesan atau fitur unsend di DM” ujarnya (15/06/2024).
Tanggapan kontra lainnya juga disampaikan oleh Sherly Ayu Saraswati, mahasiswi yang juga aktif di platform X. Sherly bahkan merasa kesal karena ia jadi tidak dapat mengetahui apa yang orang lain likes dan tidak bisa melihat kepribadian asli orang tersebut melalui postingan yang disukainya.
“Saya kesal karena enggak bisa tahu lagi apa yang orang lain likes, enggak bisa tahu kepribadian orang dari likes-nya. Soalnya sebelum fitur like dihapus, saya kalau stalk orang melihat likesnya, dan memang benar saja kalau orang-orang aneh di X, tuh, bisa kelihatan dari likesnya.” Katanya (15/06/2024).
Karena akun X-nya diprivasi, jadi ia tidak merasa lebih terlindungi dengan adanya kebijakan baru ini. Ia juga mengharapkan fitur likes kembali seperti semula.
Penulis: Muthia
Editor: Nawal Najiya